BAB I
KOMUNIKASI KELOMPOK
A.
Pengertian
Komunikasi Kelompok.
Kelompok
adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya
(Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga
diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap
muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana
kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
B.
Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka,
biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau
sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan
tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok
berkomunikasi melalui tatap muka;
b. Kelompok
memiliki sedikit partisipan;
c. Kelompok
bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d. Kelompok
membagi tujuan atau sasaran bersama;
e. Anggota
kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
B.
Klasifikasi
Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.
Telah
banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
Kelompok
primer dan sekunder.
Charles
Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer
adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan
menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak
personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin
Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya,
sebagai berikut: “Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan
rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat
dangkal dan terbatas”.
a. Komunikasi
pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal.
b. Komunikasi
kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok sekunder adalah sebaliknya.
c. Komunikasi
kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
d. Komunikasi
kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
e. Kelompok
keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore
Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan
kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut
teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi
normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan
saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi
komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap
yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya,
sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu,
Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan
situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai
objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam
bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
Kelompok Deskriptif dan Kelompok
Preskriptif
John
F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif
dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan
pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok
tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok
tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota
berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit
jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas
utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner
radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok
preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
C.
Pengaruh
Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1. Konformitas.
Konformitas
adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota
untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan
untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam
kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda
secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah
setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi
sosial.
Fasilitasi
(dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan
orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku
yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi
peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi
penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah
respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok
mempertinggi kualitas kerja individu.
3. Polarisasi.
Polarisasi
adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok
para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
Anggota-anggota
kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan:
1. Melaksanakan
tugas kelompok;
2. memelihara
moral anggota-anggotanya.
Tujuan
pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan
kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh
anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam
kegiatan kelompok.
Jalaluddin
Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak
pada karakteristik kelompok, yaitu:
a) Faktor
situasional karakteristik kelompok:
Ø Ukuran
kelompok.
Hubungan
antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis
tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua
macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing
anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk
menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok
tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas.
Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan.
Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam,
maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam.
Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan
berkurang.
Faktor
lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah
tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai
suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif,
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan
kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti
memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota
kelompok yang lebih besar.
Dalam
hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan
bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya.
Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah
hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau,
dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota
kelompok.
Ø Jaringan
Komunikasi.
Terdapat
beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda,
rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok,
tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
Ø Kohesi
kelompok.
Kohesi
kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk
tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid
dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari
beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada
satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personal.
Kohesi
kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif
kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang
kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi
bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya
tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah
melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya
tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
Ø Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke
arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan
kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik
dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya
kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan
otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan
oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan
membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk
mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin
yang minimal.
b) Faktor
personal karakteristik kelompok:
Ø Kebutuhan
interpersonal
William
C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations
Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh
tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
1) Ingin
masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin
mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin
memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
Ø Tindak
komunikasi
Mana
kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha
menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert
Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak
komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process
Analysis (IPA).
Ø Peranan
Seperti
tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu
penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau
hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat
kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171)
meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai
berikut:
a. Peranan
Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan
gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan
mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
b. Peranan
Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk
memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
c. Peranan
individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan
individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.
BAB II
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi
dalam organisasi adalah :
Komunikasi di suatu
organisasi yang dilakukan pimpinan,
baik dengan para
karyawan maupun dengan
khalayak yang ada kaitannya
dengan organisasi, dalam
rangka pembinaan kerja
sama yang serasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214).
Manajemen sering
mempunyai masalah tidak
efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang
efektif sangat penting bagi
para manajer, paling
tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah
proses melalui mana
fungsi-fungsi manajemen mulai
dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dapat dicapai;
kedua, komunikasi adalah kegiatan
dimana para manejer
mencurahkan sebagian besar
proporsi waktu mereka. Proses
Komunikasi memungkinkan manejer
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya
agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar
rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan
bawahan tentang penugasan
mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk
berkomunikasi dengan bawahannya agar
tujuan kelompo dapat
tercapai. Jadi seorang manejer
akan dapat melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak
lain.
Sebahagian
besar waktu seorang manejer
dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap
muka atau melalui
media seperti Telephone,
Hand Phone dengan
bawahan, staf, langganan dsb.
Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.
A.
Model
Komunikasi dalam Organisasi
Model
komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim, berita (pesan)
dan penerima seperti
gambar berikut ini :
Model ini
menunjukkan 3 unsur esensi
komunikasi. Bila salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh
seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi
bila tidak ada yang menerima atau yang mendengar, komunikasi tidak akan
terjadi.
Model komunikasi
yang terperinci, dengan
unsur-unsur penting dalam
suatu
organisasi
yaitu : “Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang diterjemahkan atau disandikan ke dalam
kata-kata dan symbol-simbol, kemudian disampaikan
atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima penerima menangkap symbol-simbol
dan diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan mengirimkan
berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim”.
B.
Hambatan-Hambatan
Te rhadap Komunikasi yang Efektif
1) Hambatan Organisasional yaitu
tingkat hirarkhi, wewenang
manajerial dan spesialisasi.
Tingkat
khirarkhi bila suatu organisasi tumbh, dan strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai
masalah komunikasi. Karena
pesan harus melalui
tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama
barulah pesan itu sampai. Wewenang Manajerial
artinya, kekaburan wewenang
bagi setiap tingkatan
pada jabatan tertentu akan
membuat pesan tidak
sampai ke seluruh
bagian yang ada
dalam organisasi tersebut. Spesialisasi
artinya adalah prinsip
organisasi, tetapi juga
menimbulkan masalah-masalah komunikasi,
apalagi mereka yang
berbeda keahlian bekerja
saling berdekatan. Perbedaan fungsi
dan kepentingan dan
istilah-istilah dalam pekerjaan
mereka masing dapat menghambat,
dan membuat kesulitan
dalam memahami, sehingga
akan timbul salah pengertian dan
sebagainya.
2) Hambatan-hambatan
Antar Pribadi
Manejer
selalu menghadapi bahwa
pesan yang disampaikan
akan berubah dan menyimpang dari
maksud pertama. Manejer
haruslah memperhatikan hambatan-hambatan antar
pribadi seperti :
Persepsi selektif, status
atau kedudukan komunikator (Sumber), Keadaaan
membela diri, Pendengaran
lemah, dan ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa. Persepsi
selektif adalah suatu
proses yang menyeluruh
dengan mana seorang menseleksi, mengorganisasikan, dan mengartikan segala pesan yang
ia terima. Persepsi seseorang
akan dipengaruhi oleh
pengalaman masing-masing. Untuk
itu diharapkan seorang manejer
memahami sebanyak mungkin
tentang kerangka piker,
keinginan, kebutuhan, motif, tujuan dan tingkat kecerdasan seluruh karyawannya, agar komunikasi dalam
organisasi yang ia pimpin menjadi efektif.
Status Komunikator
artinya hambatan utama
komunikasi adalah kecendrungan untuk menilai
terutama kredibilitas sumber.
Kredibilitas didasarkan keahlian
seseorang dalam bidang yang
ia komunikasikan dan
tingkat kepercayaan seseorang
bahwa komunikator dapat dipercayai.
Keadaan membela
diri. Perasaan membela
diri baik pada
pengirim, maupun penerima pesan,
menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi. Pendengaran lemah.
Manejer harus belajar
untuk mendengar secara efektif agar mampu mengatasi hambatan ini. Ketidaktepatan dalam
penggunaan bahasa. Salah
satu kesalahan terbesar
yang terjadi dalam proses
komunikasi adalah salah
dalam menggunakan bahasa.
Sebagai contoh, perintah manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin”
bisa berarti satu jam, satu hari atau satu
minggu. Disamping itu bahasa
nonverbal yang tidak konsisten
seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat komunikasi.
C.
Pedoman
Komunikasi yang Baik
a. Teliti
tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi
b. Pertimbangkan
keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi
c. Konsultasikan dengan
berbagai pihak setiap
proses manejemen mulai
dari merencanakan sampai evaluasi.
d. Perhatikan tekanan
nada dan eksperesi
wajah sesuai dengan
isi pesan yang disampaikan.
e. Perhatikan
konsistensi dalam berkomunikasi
f. Jadilah
pendengar yang baik dalam berkomunikasi.
D.
Teoti
Komunikasi
a.
Teori Kepribadian Kelompok (Group Syntality Theori)
Teori kepribadian merupakan studi mengenai interaksi
kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok
merujuk pada cirri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur,
kecendekiawanan (intelligence), sementara cirri-ciri kepribadian atau suatu
efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan, merujuk
pada peran-peran spesifik, dan posisi status. Dinamika kepribadian diukur oleh apa
yang disebut dengan synergy, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap
individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan
tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari synergy atau energi kelompok harus
dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok.
b.
Teori Percakapan Kelompok (Group Achievement
Theory)
Teori
percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau
upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member
input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari
kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok
dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan
(expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-variabel perantara
merujuk pada struktur-struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti
status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok
adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas
dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi
dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku,
interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan
struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada
produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement).
c.
Teori Pertukaran Sosial (Socual Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial ini
didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian
mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua
orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari
hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa
interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost)
dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk
mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial.
Jika imbalan dirasakan tidak cukup
atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau
individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi
imbalan apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting
karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep
ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat,
Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad,
Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Muhammad,
Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
2 komentar:
lanjutkan dengan karya yang lain :)
PROFIL HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN
MANAJEMEN DAKWAH UIN SGD Bandung
Manajemen Dakwah merupakan jurusan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mewarnai berbagai keilmuan Fakultas Dakwah. Manajemen Dakwah yang mendalami ilmu ke-manajerialan dalam memfungsikan dakwah islam sebagai rahmatan lil’alamin, ada tujuh ranah yang dipelajari di Manajemen Dakwah ini: (1) Manajemen HUZ (Haji Umroh Ziarah), bagaimana mahasiswa tau segala fungsi dan tujuan serta esensi dari HUZ. (2) Manajemen ZIS ( Zakat Infak Shodaqoh, mahasiswa Fakultas Dakwah yang akan menjadi tuntutan di masyarakaqt dalam mengembangkan zakat sebagai sarana untuk mensejahtrakan Ummat. (3) Manajemen Masjid, ketika kita tau masjid itu sebagai tempat ibadah yang digunakan oleh seluruh ummat muslim maka kita harus menjaga dan merawat masji tersebut supaya orang yang datang ke masjid merasa nyaman. (4) Manajemen Majlis Ta’lim. (5) Manajemen Keuangan Islam (6) Manajemen Politik Islam. (7) Manajemen Organisasi Nirlaba.
Visi:
“ Menjadi Himpunan Mahasiswa Manajemen Dakwah yang dapat mengembangkan dan melipat gandakan potensi Mahasiswa Manajemen Dakwah menuju generasi Ulul Albab”
Misi:
1. Melakukan studi baru tentang manajemen dakwah dalam segi keilmuan maupun aktivitas untuk merumuskan konsep-konsep baru di bidang manajemen dakwah.
2. Melakukan studi atau riset tentang manajemen dakwah untuk merumuskan relevansi dan nilai daya guna manajemen dakwah.
3. Menyiapkan manajer dakwah yang profesional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dalam bidang kelembagaan.
SUSUNAN PENGURUS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
(BEM J-MD)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
KBM UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
PERIODE 2012-2013
Ketua Umum : Arifuddin
Sekretaris Umum : Lia Anissa
Bendahara : Niki Prasetiawan
Bidang I (Pengembangan Aparatur Organisasi)
Koordinator Bidang : Cahya Nurman
Sekretaris Bidang : Aldi Ismail Fahmi
Anggota : Irfan Khairul Umam
Anggota : Haerudin
Anggota : Ringganis
Bidang II (Pengembangan Intelektual)
Koordinator Bidang : Muhamad Ramdan
Sekretaris Bidang : Sinta Fitriani
Anggota : Fajar Ramadan
Anggota : Masum Hermawan
Anggota : Chandra Septian Mulya
Anggota : Siti Haifa
Bidang III (Penegakan Kode Etik dan Akhlakul Karimah)
Koordinator Bidang : Mukarom Bulqoeni
Sekretaris Bidang : Yayah Karyanah
Anggota : Ina Nabila Syehuddin
Anggota : Luthfi Alfan Kamil
Anggota : Leni Nuraeni
BIdang IV ( Olahraga dan Seni)
Koordinator Bidang : Didin Sutisna
Sekretaris Bidang : Endah Yuliasih
Anggota : Desi Melawati
Anggota : Nelson Mandela
Anggota : Raisa Rahmi Zainun
Bidang V (Pengembangan Pers Mahasiswa)
Koordinator Bidang : Jaka Billal Gumbira
Sekretaris Bidang : Sahrul Taufik
Anggota : Mifahul Falah
Anggota : Nenden Nisa
Anggota : Siti Nur Isma Yanti
Anggota : Siti Nuraida
Bidang VI (Kerja sama, penelitian, dan Pengabdian Masyarakat)
Koordinator Bidang : Jaelani Nur Hidayat
Sekretaris Bidang : Febyanti Nur Fitriani
Anggota : Muhamad Agung Firdaus
Anggota : Hilma Fauziyah
Anggota : Meda Diana
Bidang VII (Kewirausahaan)
Koordinator Bidang : Abdul Fardi
Sekretaris Bidang : Euis Nur Faridah
Anggota : Nita Mulyani
Anggota : Irvan Sopian
Anggota : Rizki Nurhasanah
Posting Komentar
Alangkah Baiknya anda meninggalkan komentar setelah membaca postingan ini