Minggu, 25 November 2012

KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MANAJEMEN ORGANISASI


BAB I
KOMUNIKASI KELOMPOK
A.    Pengertian Komunikasi Kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a.       Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b.      Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c.       Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d.      Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e.       Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.


B.     Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat,  1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: “Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas”.
a.       Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
b.      Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
c.       Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
d.      Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
e.       Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

C.    Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1.      Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2.      Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3.      Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua  tujuan: 
1.      Melaksanakan tugas kelompok;
2.      memelihara moral anggota-anggotanya.
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
a)      Faktor situasional karakteristik kelompok:
Ø  Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
Ø  Jaringan Komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
Ø  Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
Ø  Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
b)      Faktor personal karakteristik kelompok:
Ø  Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
1)      Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2)      Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3)      Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.

Ø  Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).
Ø  Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:
a.       Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
b.      Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
c.       Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.








BAB II
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi dalam organisasi  adalah  :  Komunikasi  di  suatu  organisasi  yang dilakukan  pimpinan,  baik  dengan  para  karyawan  maupun  dengan  khalayak  yang  ada kaitannya  dengan  organisasi,  dalam  rangka  pembinaan  kerja  sama  yang  serasi  untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214).
Manajemen  sering  mempunyai  masalah  tidak  efektifnya  komunikasi.  Padahal komunikasi  yang  efektif  sangat penting  bagi  para  manajer,  paling  tidak  ada  dua alasan, pertama, komunikasi  adalah  proses  melalui  mana  fungsi-fungsi  manajemen  mulai  dari perencanaan,  pengorganisasian,  pengarahan  dan  pengawasan  dapat  dicapai;  kedua, komunikasi  adalah  kegiatan  dimana  para  manejer  mencurahkan  sebagian  besar  proporsi waktu mereka.   Proses  Komunikasi  memungkinkan  manejer  untuk  melaksanakan  tugas-tugas mereka. Informasi  harus dikomunikasikan kepada stafnya agar  mereka  mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi  dengan  bawahan  tentang  penugasan  mereka.  Pengarahan  mengharuskan manejer  untuk  berkomunikasi  dengan  bawahannya  agar  tujuan  kelompo  dapat  tercapai. Jadi  seorang  manejer  akan  dapat  melaksanakan  fungsi-fungsi  manajemen  melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.
Sebahagian besar waktu seorang  manejer dihabiskan  untuk kegiatan komunikasi, baik  tatap  muka  atau  melalui  media  seperti  Telephone,  Hand  Phone  dengan  bawahan, staf,  langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan  memo, surat dan laporan-laporan.
  
A.    Model Komunikasi dalam Organisasi
Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim, berita (pesan)
dan penerima seperti gambar berikut ini :


Model  ini  menunjukkan 3  unsur esensi komunikasi.  Bila salah satu  unsur hilang, komunikasi  tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat  mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi.
Model  komunikasi  yang  terperinci,  dengan  unsur-unsur  penting  dalam  suatu
organisasi yaitu : “Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang  diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan symbol-simbol, kemudian  disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima penerima menangkap symbol-simbol dan diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan mengirimkan berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim”.

B.     Hambatan-Hambatan Te rhadap Komunikasi yang Efektif
1)      Hambatan  Organisasional  yaitu  tingkat  hirarkhi,  wewenang  manajerial  dan spesialisasi.
Tingkat khirarkhi bila suatu organisasi tumbh, dan strukturnya berkembang, akan menimbulkan  berbagai  masalah  komunikasi.  Karena  pesan  harus  melalui  tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama barulah pesan itu sampai.   Wewenang  Manajerial  artinya,  kekaburan  wewenang  bagi  setiap  tingkatan  pada jabatan  tertentu  akan  membuat  pesan  tidak  sampai  ke  seluruh  bagian  yang  ada  dalam organisasi tersebut. Spesialisasi  artinya  adalah  prinsip  organisasi,  tetapi  juga  menimbulkan  masalah-masalah  komunikasi,  apalagi  mereka  yang  berbeda  keahlian  bekerja  saling  berdekatan. Perbedaan  fungsi  dan  kepentingan  dan  istilah-istilah  dalam  pekerjaan  mereka  masing dapat  menghambat,  dan  membuat  kesulitan  dalam  memahami,  sehingga  akan  timbul salah pengertian dan sebagainya.
2)      Hambatan-hambatan Antar Pribadi
  Manejer  selalu  menghadapi  bahwa  pesan  yang  disampaikan  akan  berubah  dan menyimpang  dari  maksud  pertama.  Manejer  haruslah  memperhatikan  hambatan-hambatan  antar  pribadi  seperti  :  Persepsi  selektif,  status  atau  kedudukan  komunikator (Sumber),  Keadaaan  membela  diri,  Pendengaran  lemah,  dan  ketidaktepatan  dalam penggunaan bahasa.   Persepsi  selektif  adalah  suatu  proses  yang  menyeluruh  dengan  mana  seorang menseleksi,  mengorganisasikan, dan  mengartikan segala pesan  yang  ia terima. Persepsi seseorang  akan  dipengaruhi  oleh  pengalaman  masing-masing.  Untuk  itu  diharapkan seorang  manejer  memahami  sebanyak  mungkin  tentang  kerangka  piker,  keinginan, kebutuhan,  motif,  tujuan dan tingkat kecerdasan  seluruh karyawannya, agar komunikasi dalam organisasi yang ia pimpin menjadi efektif.
Status  Komunikator  artinya  hambatan  utama  komunikasi  adalah  kecendrungan untuk  menilai  terutama  kredibilitas  sumber.  Kredibilitas  didasarkan  keahlian  seseorang dalam  bidang  yang  ia  komunikasikan  dan  tingkat  kepercayaan  seseorang  bahwa komunikator dapat dipercayai.
Keadaan  membela  diri.  Perasaan  membela  diri  baik  pada  pengirim,  maupun penerima pesan, menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi. Pendengaran  lemah.  Manejer  harus  belajar  untuk  mendengar  secara efektif  agar mampu mengatasi hambatan ini.   Ketidaktepatan  dalam  penggunaan  bahasa.  Salah  satu  kesalahan  terbesar  yang terjadi  dalam  proses  komunikasi  adalah  salah  dalam  menggunakan  bahasa.  Sebagai contoh, perintah manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam, satu hari atau satu  minggu.  Disamping  itu bahasa  nonverbal  yang tidak konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat komunikasi.

C.    Pedoman Komunikasi yang Baik
a.       Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi
b.      Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi
c.       Konsultasikan  dengan  berbagai  pihak  setiap  proses  manejemen  mulai  dari merencanakan sampai evaluasi.
d.      Perhatikan  tekanan  nada  dan  eksperesi  wajah  sesuai  dengan  isi  pesan  yang disampaikan.
e.       Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
f.       Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.




D.    Teoti Komunikasi
a.      Teori Kepribadian Kelompok (Group Syntality Theori)
Teori kepribadian merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada cirri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence), sementara cirri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan, merujuk pada peran-peran spesifik, dan posisi status. Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan synergy, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari synergy atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok.
b.      Teori Percakapan Kelompok (Group Achievement Theory)
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada struktur-struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement).
c.       Teori Pertukaran Sosial (Socual Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial.
Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.

DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

lanjutkan dengan karya yang lain :)

Jakabg123 mengatakan...

PROFIL HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN
MANAJEMEN DAKWAH UIN SGD Bandung
Manajemen Dakwah merupakan jurusan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mewarnai berbagai keilmuan Fakultas Dakwah. Manajemen Dakwah yang mendalami ilmu ke-manajerialan dalam memfungsikan dakwah islam sebagai rahmatan lil’alamin, ada tujuh ranah yang dipelajari di Manajemen Dakwah ini: (1) Manajemen HUZ (Haji Umroh Ziarah), bagaimana mahasiswa tau segala fungsi dan tujuan serta esensi dari HUZ. (2) Manajemen ZIS ( Zakat Infak Shodaqoh, mahasiswa Fakultas Dakwah yang akan menjadi tuntutan di masyarakaqt dalam mengembangkan zakat sebagai sarana untuk mensejahtrakan Ummat. (3) Manajemen Masjid, ketika kita tau masjid itu sebagai tempat ibadah yang digunakan oleh seluruh ummat muslim maka kita harus menjaga dan merawat masji tersebut supaya orang yang datang ke masjid merasa nyaman. (4) Manajemen Majlis Ta’lim. (5) Manajemen Keuangan Islam (6) Manajemen Politik Islam. (7) Manajemen Organisasi Nirlaba.
Visi:
“ Menjadi Himpunan Mahasiswa Manajemen Dakwah yang dapat mengembangkan dan melipat gandakan potensi Mahasiswa Manajemen Dakwah menuju generasi Ulul Albab”
Misi:
1. Melakukan studi baru tentang manajemen dakwah dalam segi keilmuan maupun aktivitas untuk merumuskan konsep-konsep baru di bidang manajemen dakwah.
2. Melakukan studi atau riset tentang manajemen dakwah untuk merumuskan relevansi dan nilai daya guna manajemen dakwah.
3. Menyiapkan manajer dakwah yang profesional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dalam bidang kelembagaan.







SUSUNAN PENGURUS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
(BEM J-MD)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
KBM UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
PERIODE 2012-2013

Ketua Umum : Arifuddin
Sekretaris Umum : Lia Anissa
Bendahara : Niki Prasetiawan

Bidang I (Pengembangan Aparatur Organisasi)
Koordinator Bidang : Cahya Nurman
Sekretaris Bidang : Aldi Ismail Fahmi
Anggota : Irfan Khairul Umam
Anggota : Haerudin
Anggota : Ringganis

Bidang II (Pengembangan Intelektual)
Koordinator Bidang : Muhamad Ramdan
Sekretaris Bidang : Sinta Fitriani
Anggota : Fajar Ramadan
Anggota : Masum Hermawan
Anggota : Chandra Septian Mulya
Anggota : Siti Haifa

Bidang III (Penegakan Kode Etik dan Akhlakul Karimah)
Koordinator Bidang : Mukarom Bulqoeni
Sekretaris Bidang : Yayah Karyanah
Anggota : Ina Nabila Syehuddin
Anggota : Luthfi Alfan Kamil
Anggota : Leni Nuraeni

BIdang IV ( Olahraga dan Seni)
Koordinator Bidang : Didin Sutisna
Sekretaris Bidang : Endah Yuliasih
Anggota : Desi Melawati
Anggota : Nelson Mandela
Anggota : Raisa Rahmi Zainun







Bidang V (Pengembangan Pers Mahasiswa)
Koordinator Bidang : Jaka Billal Gumbira
Sekretaris Bidang : Sahrul Taufik
Anggota : Mifahul Falah
Anggota : Nenden Nisa
Anggota : Siti Nur Isma Yanti
Anggota : Siti Nuraida



Bidang VI (Kerja sama, penelitian, dan Pengabdian Masyarakat)
Koordinator Bidang : Jaelani Nur Hidayat
Sekretaris Bidang : Febyanti Nur Fitriani
Anggota : Muhamad Agung Firdaus
Anggota : Hilma Fauziyah
Anggota : Meda Diana

Bidang VII (Kewirausahaan)
Koordinator Bidang : Abdul Fardi
Sekretaris Bidang : Euis Nur Faridah
Anggota : Nita Mulyani
Anggota : Irvan Sopian
Anggota : Rizki Nurhasanah























Posting Komentar

Alangkah Baiknya anda meninggalkan komentar setelah membaca postingan ini