Rabu, 06 Februari 2013

Peluang Alumni Manajemen dakwah

Peluang Alumni Manajemen dakwah

Oleh : Muhammad Zen
Kehadiran calon da’i yang memiliki integritas sisi manajerial dan keilmuan yang layak sangatlah dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam. Itulah kiranya di antara alasan mencuat jurusan manajemen dakwah di lingkungan UIN/ IAIN. Tampilnya jurusan ini sangat diharapkan oleh oleh UIN/IAN (sebagai pembuat produk adanya jurusan) dapat menelurkan para alumni yang memiliki skill manajerial dalam mengelola lembaga dakwah Islam (baik yang berorientasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial keagamaan maupun budaya dan informatika/ media cetak), yang dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatinya dan bermanfaat bagi kemajuan dan tegaknya izzul islam wa almuslimin. Sebagai stack holder (lembaga-lembaga dakwah dan kemasyarakatan) juga sangat menantikan dalam mengelola lembaga dakwah yang mereka pimpin agar lebih efektif.

Awal munculnya Manajemen Dakwah dikenal sebagai jurusan di lingkungan IAIN/UIN sekitar tahun 1995 dan 1996, namun sebagai pioner untuk membuka jurusan ini yaitu IAIN Bandung dan di susul IAIN Makassar. Mengapa tidak di pusat (IAIN Jakarta) terlebih dahulu untuk mendirikan jurusan ini? Pertanyaan inilah yang sempat mencuat dikumandangkan mahasiswa angkatan pertama (tahun 1997) jurusan ini saat berlangsungnya acara dialog kefakultasan yang digelar waktu itu. Meskipun terlambat dua tahun (1997) jurusan Manajemen Dakwah baru dibuka oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (yang sekarang sudah berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) sebab melihat prospek outputnya yang cukup cerah dan sangat dibutuhkan oleh lembaga-lembaga Islam (dakwah).
Meskipun terbilang jurusan ini relatif masih muda (enam tahun), ternyata dapat dicermati out put alumni manajemen dakwah telah menyebar di berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang dakwah dan kemasyarakatan. Ada yang aktif menjadi Ketua DKM Masjid Raya, ketua majelis taklim, kepala sekolah, aktif di lembaga ekonomi Islam, ada yang menjadi pengusaha sukses, aktif di ormas-ormas Islam dan LSM, aktif di Rumah Sakit Islam, aktif di penelitian, aktif sebagai tenaga pengajar baik di sekolah maupun di perguruan tinggi dan lain sebagainya.
Hal ini secara kasat mata memang sudah cukup menggembirakan, namun masih jauh dari harapan. Sebab masih sangat perlu adanya pembenahan secara eksternal dan internal. Secara eksternal pihak Fakultas Dakwah dan Komunikasi terutama jurusan Manajemen Dakwah (sebagai garda fakultas dan produsen menciptakan mahasiswa siap pakai) sangat perlu meningkatkan jaringan (network) kepada lembaga-lembaga dakwah di Indonesia. Dengan mengidentifikasi rumusan-rumusan kebutuhan yang diperlukan oleh lembaga-lembaga tersebut mencakup apa saja, sehingga memberikan rumusan agenda perbaikan kurikulum yang telah ada kepada apa yang dibutuhkan oleh stack holder (lembaga-lembaga dakwah). Atau bisa saja mendatangkan tenaga pengajar dari luar sebagai praktisi di lembaga dakwah yang bersangkutan, sehingga adanya sinkronisasi antara teorisi dengan praktis. Tidak sebaliknya membuat kurikulum yang kurang dibutuhkan oleh mereka, atau tidak berupaya mendatangkan tenaga pengajar dari lembaga tersebut.. Jika sudah mengarah kepada apa yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga dakwah tersebut, jurusan manajemen dakwah mendatang akan menjadi mercusuar dan rujukan dalam bidang manajemen dakwah yang dikembangkan bagi proses memanaje dakwah Islam di Indonesia.
Adapun perbaikan secara internal mencakup bagaimana pihak manajemen fakultas mencetak mahasiswa yang siap pakai baik di lembaga dakwah dan di tengah-tengah masyarakat. Peningkatan kualitas mahasiswa bisa dilakukan dengan peningkatan skill bahasa dan komputer, perbaikan kurikulum yang sesuai dengan arus rumusan kebutuhan lembaga dakwah. Memberdayakan laboratorium sebagai media praktikum awal guna menghantarkan ke dunia kenyataan di masyarakat. Sehingga Keluhan dan pesimistis mahasiswa Manajemen Dakwah untuk menggapai masa depan yang cerah dapat diminimalisasikan, sesuai dengan spesialisasi idaman dan tujuan pokok mereka memasuki jurusan ini.
Dari sisi tenaga pengajar kejuruan Manajemen Dakwah ini meskipun kita merasa berbesar hati sebab banyak dosen yang kompeten, namun secara kunatitaif dosen kejuruan dimiliki justru rata-rata bukan dari golongan praktisi lebih banyak teorisi, sehingga jalur birokrasi yang dimiliki dosen sangat minim. Implikasi ini juga membuat mahasiswa Manajemen Dakwah lebih banyak berkutat kepada persoalan-persoalan teoritis dengan jarang untuk menyentuh kepada persoalan-persoalan praktis atau merealisasikan teori di lapangan. Sebab, penguasaan bidang manajemen dakwah (lembaga Islam) secara teoritis dan praktis bagi kader manajer lembaga Islam sangatlah dibutuhkan, sebelum mereka terjun ke medan lembaga dakwah Islam dan kesmasyarakatan.
Penutup
Untuk melakukan social of change lebih efektif ternyata manajemen dalam mengelola dakwah sangat urgen. Proses Manajemen Dakwah boleh dibilang menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam pentas mapping dakwah Islam di Indonesia, sebab manajemen dakwah perlu adanya kebersamaan para aktivis dakwah guna mewujudkan berbagai tujuan bersama. Oleh karena itu profesinalisme menajemen merupakan kunci dari keberhasilan suatu usaha dan di dalam memenangkan suatu persaingan. Termasuk di dalam pengembangan dakwah Islam. Dalam rangka pengembangan manajemen dakwah di Indonesia, khususnya di UIN Syarif Hidayatullah ini, nampaknya perlu ditingkatkan pengkajian dan pengembangan manajemen dakwah baik teorisi maupun praktis. Agar proses manajemen dakwah berjalan sesuai dengan koridornya baik sebagai kajian ilmiah maupun dalam penerapan manajemen dakwah yang diibutuhkan oleh lembaga-lembaga Islam dan masayarakat. Al-hasil, dengan demikian Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan komunikasi ini diharapkan sangat dinantikan oleh stack holder (seluruh umat Islam baik individu maupun lembaga keislaman terutama di Indonesia) dalam pengembangan dakwah Islam yang melakukan upaya pemberian kontribusi pemikiran kepada pengembangan model manajemen dakwah bagi perkembangan dakwah Islam di Indonesia menjadi lebih efektif. Semoga.
*) Penulis, Dosen Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta