Minggu, 24 Februari 2013

DIRI MELAYU DI ALAF BARU


DIRI MELAYU DI ALAF BARU
Post By : Rahman, M.Ag. (Dosen UIN Suska Riau)

A.                  Pendahuluan
Membicarakan  diri Melayu adalah suatu hal yang menarik dikaji masa kini, apa  lagi  sebagai  orang Melayu secara tidak sadar kadang-kadang sudah mulai menipis kejatian dirinya sebagai orang Melayu. Menipisnya jati diri ke-Melayuan ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar  yang   diantaranya westernisasi, juga oleh era globalisasi.  Padahal  orang-orang  Melayu mempunyai arti khas tersendiri dan  mempunyai sejarah  yang  panjang  di  seantero  belahan  dunia ini.
Sebelum  penulis  membicarakan  tentang  jati diri Melayu dan tantangannya ada baiknya dijelaskan apa itu sebenarnya jati diri, merujuk pada kamus bahasa Indonesia bahwa  yang  dimaksud  dengan jati diri adalah: Sejati, tulen, asli, murni tidak bercampur. ( WJS.Purwadarminta, 1984 :404 )
Pengertian  orang  Melayu  atau  nama  Melayu  sering  saja keliru dan dicampur baurkan. Hal ini disebabkan karena, ada Melayu disebabkan karena “Bahasa” ada  pengertian “Ras” dan  ada  pula  karena pengertian “Etnis Suku Bangsa” dan kemudian dalam pengertian umum Biasanya apabila disebut Melayu adalah “sesama agama Islam”. Kalau kita menelusuri sejarah Melayu. Nama Melayu berasal dari kerajaan  Melayu  Purba,  yaitu  kira-kita  pada  tahun  644 dan 645 seorang Pendeta Budha Cina  bernama  I-Tsing  dalam  perjalanannya  ke  India  pernah bermukim di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta selama 6 bulan. Menurut  tulisannya  disini  ia menuju MO-LO-YOE  sebelum  berangkat  ke  Jeddah dan  ke India. Rupanya kerajaan Melayu ditaklukkan atau menjadi satu dengan kerajaan  Sriwijaya ( 645 - 685).( Tengku Lukman Sinan, 1992 : 2 )
Tulisan ini penulis ingin mencoba menjelaskan pengertian Melayu serta jati dirinya  setelah  tahun  1400 M,  karena  pada  tahun  ini dan tahun-tahun berikutnya jati diri Melayu itu  kelihatan  secara  jelas dan nyata. Tulisan ini pada dasarnya menitik  beratkan jati diri dan tantangan Budaya Melayu dibandingkan dengan masalah-masalah lain  yang  ada  kaitannya  dengan Melayu.
B.                  Pengertian Melayu dan Hubungannya Jati Diri
Setelah  pusat  imperium   Melayu  berada di Melaka 1400 M,  dan Prameswara  di  Islam  dari Pasai, sejak itu terbentuklah suatu wadah baru bagi   orang-orang Islam yang disebarkan dari Malaka ke segenap penjuru Nusantara. Penyebaran  melalui rute  perdagangan sambil diikuti perkawinan dengan putri  Raja-Raja  setempat, bukan saja  membentuk  masyarakat  Islam,  tetapi  sekaligus  juga  membentuk  Budaya Melayu  sehingga  kita melihat pada masa datangnya orang  Bata (Portugis)  kemari  telah terbenuklah kerajaan-kerajaan maritim disepanjang  kuala-kuala sungai dipesisir Timur Sumatera dan Kalimantan, serta di  Thailand Selatan  dan  bahkan  sampai  juga  di  Jayakarta dan Indonesia Timur sejak  itu  terbentuklah definisi jati diri Melayu yang baru yang tidak terikat lagi dengan faktor-faktor geneologis ( hubungan darah ),  tapi disatukan dengan faktor kultural  (budaya)  yang  sama  yaitu:  kesamaan  agama  Islam,  bahasa  Melayu, dan adat Istiadat Melayu.
Dari  ungkapan  di atas,  telah nyata  bahwa secara  umum apa  yang  diungkapkan   di atas  dan dalam hal   ini  akan penulis   kemukakan   pendapat  beberapa  orang  ahli  diantaranya  menurut  Ismail Hamid dalam buku Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (1991). Perkembangan Malaysia UUD pasal 60 mengatakan:  Melayu adalah  seorang  yang  menganut  Islam,  lazimnya  bercakap  bahasa  Melayu  menurut  adat istiadat  Melayu. Ini membuka pintu  kepada siapa saja untuk menjadi Melayu, disebut masuk Melayu” masuk Islam. ( Ibid)
Kemudian juga Yudith mengatakan dalam Deed 130 Af Caferring I,P.,91 “Orang Melayu” ialah beragama Islam berbahasa Melayu, dan menganut adat Melayu.( Ibid )
Dikatakan pula didalam Ensiklopedia Sejarah dan  Kebudayaan Melayu D.P.B Malaysia 1991,bahwa Melayu adalah:
“….Kelompok masyarakat yang berhasa Melayu mengamalkan adat Melayu, dan beragama  Islam, kesan dalam  perjalanan  sejarah  yang  menjadikan  nama Melayu sebagai  identitas  kelompok  beragama  Islam, berbeda  dengan  kelompok  yang  masih lagi beragama tradisi (animisme). Maka identitas  Islam itu juga bersamaan  dengan  nama  Melayu  sebagai  ciri ke  Melayuan”.( I b i d)
 Sebenarnya banyak lagi para pakar mengatakan tentang pengertian Melayu tapi pada dasarnya mempunyai kesamaan pengertian.
C.                  Jati diri Melayu dan tantangannya di era modernisasi
Membahas  jati  diri Melayu berarti kita mengemukakan apa sebenarnya ciri-ciri khas orang Melayu tersebut. Dalam tulisan ini penulis ingin mencoba mengetengahan ciri-ciri atau anda orang meayu sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Sejak peng-Islamannya di abad ke-XV M, adalah dikemukakan oleh penguasa  kolonial  Belanda dan Inggris serta para sarjana asing sebagai berikut:
1.             Seseorang  disebut  Melayu, apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dan beradat istiadat Melayu. Adat Melayu itu “Adat Bersendi Syara`, dan Syara` Bersendi Kitabullah.” Dalam hukum kekeluargaan seorang Melayu menganut  sistem  parental  (kedudukan pihak ibu dan pihak bapak sama).
2.             Sistem kerajaan Melayu bersifat kerajaan Islam, menganut  Mazhab Syafi’i  yang mengutamakan  mufakat  dalam  pemerintahan  sehari-hari.
3.             Raja mempunyai “daulat” selaku penguasa pemerintah, penguasa Islam di kerajaannya dan selaku kepala adat Melayu. Contoh melenyapkan ketida adilan penguasa  rakyat/ masyarakat menlayu menggunakan 3 cara:
a.        Protes: pepatah mengatakan: Raja adil, Raja disembah, Raja zalim, Raja disanggah
b.        Meracuni Raja (pemimpin)
c.         Pindah tempat dengan keluarganya ke negeri lain
d.        Berpijak kepada yang Esa
e.        Orang  Melayu  mementingkan penegakan hukum (low enforcement)
f.          Orang  Melayu mengutamakan budi bahasa, sopan santun dan tinggi peradaban.
g.        Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan ilmu
h.        Orang Melayu mementingkan budaya Melayu
i.          Orang Melayu mementingkan musyawarah dan mufakat sebagai sendi kehidupan sosial.
j.          Orang Melayu ramah tamah dan terbuka pada tamu
k.         Orang Melayu melawan  jika terdesak.( Ibid)

D.                  Eksistensi masyarakat Melayu masa kini dan masa datang
Kalau kita menelusuri sejarah kemajuan orang Melayu sejak dahulu sampai sekarang,   maka  akan  kita   temukan  pasang  surut.  Penulis  disini  ingin  membahas  tentang  cabaran  bagi  masyarakat  Melayu,  masa  kini  dan  masa mendatang.  Pada era  globalisasi dan era industrialisasi,  orang  Melayu  generasi  baru  harus  merubah beberapa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman tanpa mesti merubah jati diri aslinya.
Bertekad  manusia  (masyarakat)  Melayu  hari esok harus lebih baik dari hari ini.  Landasan  pertama yang  harus masyarakat Melayu mengenal jati diri dengan baik. Memang  Melayu  beragama  Islam, tetapi sejauh mana mereka menyakini, menghayati dan mengamalkannya.
Rasa rendah diri (orang lain lebih hebat dari kita) dan ketergantungan pada orang  lain  masih  membelenggu kita, jika dibiarkan akan membelenggu dan jika terus dibiarkan akan  membunuh  keyakinan, motivasi dan kreatifitas kita.
Jika  Melayu  terus bersikap negative dan pasif dia tidak punya daya saing akhir-akhirnya  hanya  sekedar  penonton  tidak  mampu sebagai pemain. Sejarah perlu dikaji bukan untuk disalahkan tapi untuk mencetuskan reaksi pemikran baru kearah yang lebih baik. Adapun konsep persaingan adalah ‘bukannya memasuki lawan, tetapi adalah proses memperbaiki dan mengembangkan diri sendriri”. Sebenarnya  pada  masyarakat   Melayu unsur positif dan progresif , tapi kurangnya motivasi tidak dapat Melayu masa kini dan masa datang punya falsafah yang tidak ngawur,  tapi  jelas  identitasnya dan arahnya dan punya adabtabilitas yang tinggi, menjadi pemimpin teknologi atau pemikiran dan menjadikan Islam sebagai teras berbagai aspek.
Di zaman dahulu orang Melayu adalah bangsa “penakluk” dan orang yang Berjaya  memerintah” suku-suku lainnya di  Nusantara.  Orang  yang  pandai  sebagai pedagang  perantara,  sekaligus  membawa Islam dan budaya Melayu ke segenap pelosok   Nusantara  ini kemudian punah oleh disebabkan penjajah Barat. Kini motivasi  kita harus kerana itu dijadikan suatu perjuangan, seperti berada dimedan perang.  Kita  mengharapkan  mencontoh  kepada  generasi-generasi awal yang mampu berusaha  secara cemerlang dan kita tidak mengharapkan pula masyarakat Melayu  yang  banyak  mengagung-agungkan masa lalu, tapi  nyatanya sekarang sudah mulai memudar.
Untuk  menghadapi  cabaran  zaman  masyarakat  Melayu  perlu mempersiapkan  Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal walaupum agak memakan  waktu  yang agak lama. Masyarakat Melayu harus mengejar dengan strategi kompatan jauh ke depan sekaligus dalam masa tempo singkat mendorong menarik  taraf   hidup   masyarakat  Melayu.  Setidak-tidaknya diatas garis kemiskinan, terutama  masyarakat  Melayu Indonesia.
Dari  pemaran  diatas  ada  beberapa  hal  yang  ingin  diharapkan antara lain:
a.         Meningkatkan kualitas iman dan taqwa sesuai dengan jari diri Melayu bahwa kebudayaannya dan peradabannya bersendikan Islam kita tidak hanya mengaji al-Qur’an dengan tajuwid dan lagu saja, tapi mempelajari makna tafsir serta penjabarannya.
b.         Bahasa Melayu yang sempurna merupakan alat komunikasi dalam peranannya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.         Kebudayaan  Melayu  yang  tinggi mutunya ternyata sangat besar peranannya dalam meningkatkan IPTEK dimasa lalu.
d.        Peningkatan disiplin dan etos kerja yang efisien.
e.         Melalui wadah Melayu, baik level nasional maupun ragional menyalurkan siswa, mahasiswa  yang  tekun,  pandai dan tabah diberi beasiswa dengan memprioritaskan bidang teknologi tinggi.
f.          Lembaga-lembaga  Melayu  harus  mempropagandakan,  disingkatkan  norma  adat dan pepatah   yang  tak sesuai dengan kemajuan zaman modern  (sekali air bah, sekali tepian berubah)
g.         Mempererat persatuan dan kesatuan dikalangan puak Melayu, sehingga tidak mudah diadu domba dan dipecah belah kekuatannya.