DIRI MELAYU DI ALAF BARU
Post By : Rahman, M.Ag. (Dosen UIN Suska Riau)
A.
Pendahuluan
Membicarakan diri Melayu
adalah suatu hal yang menarik dikaji masa kini, apa lagi
sebagai orang Melayu secara tidak
sadar kadang-kadang sudah mulai menipis
kejatian dirinya sebagai orang Melayu. Menipisnya jati diri ke-Melayuan ini
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar
yang diantaranya westernisasi, juga oleh era globalisasi. Padahal
orang-orang Melayu mempunyai arti
khas tersendiri dan mempunyai
sejarah yang panjang
di seantero belahan
dunia ini.
Sebelum penulis membicarakan
tentang jati diri Melayu dan
tantangannya ada baiknya dijelaskan apa itu sebenarnya jati diri, merujuk pada
kamus bahasa Indonesia bahwa yang dimaksud
dengan jati diri adalah: Sejati,
tulen, asli, murni tidak bercampur. ( WJS.Purwadarminta, 1984 :404 )
Pengertian orang Melayu
atau nama Melayu
sering saja keliru dan dicampur
baurkan. Hal ini disebabkan karena, ada Melayu disebabkan karena “Bahasa” ada pengertian “Ras” dan ada pula
karena pengertian “Etnis Suku
Bangsa” dan kemudian dalam pengertian umum Biasanya apabila disebut Melayu
adalah “sesama agama Islam”. Kalau
kita menelusuri sejarah Melayu. Nama Melayu berasal dari kerajaan Melayu
Purba, yaitu kira-kita
pada tahun 644 dan 645 seorang Pendeta Budha Cina bernama
I-Tsing dalam
perjalanannya ke India
pernah bermukim di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta selama 6 bulan. Menurut
tulisannya disini ia menuju MO-LO-YOE
sebelum berangkat
ke Jeddah dan ke India. Rupanya kerajaan Melayu ditaklukkan
atau menjadi satu dengan kerajaan
Sriwijaya ( 645 - 685).( Tengku Lukman Sinan, 1992 : 2 )
Tulisan ini penulis ingin mencoba menjelaskan pengertian Melayu serta
jati dirinya setelah tahun
1400 M, karena pada
tahun ini dan tahun-tahun
berikutnya jati diri Melayu itu
kelihatan secara jelas dan nyata. Tulisan ini pada dasarnya
menitik beratkan jati diri dan tantangan
Budaya Melayu dibandingkan dengan masalah-masalah lain yang
ada kaitannya dengan Melayu.
B.
Pengertian Melayu dan Hubungannya Jati Diri
Setelah pusat imperium
Melayu berada di Melaka 1400
M, dan Prameswara di Islam
dari Pasai, sejak itu terbentuklah suatu wadah baru bagi orang-orang Islam yang disebarkan dari
Malaka ke segenap penjuru Nusantara. Penyebaran
melalui rute perdagangan sambil
diikuti perkawinan dengan putri
Raja-Raja setempat, bukan
saja membentuk masyarakat
Islam, tetapi sekaligus
juga membentuk “Budaya
Melayu” sehingga kita melihat pada masa datangnya orang Bata (Portugis) kemari
telah terbenuklah kerajaan-kerajaan maritim disepanjang kuala-kuala sungai dipesisir Timur Sumatera
dan Kalimantan, serta di Thailand Selatan dan
bahkan sampai juga
di Jayakarta dan Indonesia Timur
sejak itu terbentuklah definisi jati diri Melayu yang
baru yang tidak terikat lagi dengan faktor-faktor geneologis ( hubungan darah ),
tapi disatukan dengan faktor kultural (budaya)
yang sama yaitu:
kesamaan agama Islam, bahasa
Melayu, dan adat Istiadat
Melayu.
Dari ungkapan di atas,
telah nyata bahwa secara umum apa
yang diungkapkan di atas
dan dalam hal ini akan penulis
kemukakan pendapat beberapa
orang ahli diantaranya
menurut Ismail Hamid dalam buku Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (1991).
Perkembangan Malaysia UUD pasal 60 mengatakan:
Melayu adalah seorang yang
menganut Islam, lazimnya
bercakap bahasa Melayu
menurut adat istiadat Melayu. Ini membuka pintu kepada siapa saja untuk menjadi Melayu,
disebut masuk Melayu” masuk Islam. (
Ibid)
Kemudian juga Yudith
mengatakan dalam Deed 130 Af Caferring
I,P.,91 “Orang Melayu” ialah
beragama Islam berbahasa Melayu, dan menganut adat Melayu.( Ibid )
Dikatakan pula didalam Ensiklopedia
Sejarah dan Kebudayaan Melayu D.P.B
Malaysia 1991,bahwa Melayu adalah:
“….Kelompok masyarakat yang berhasa Melayu mengamalkan adat
Melayu, dan beragama Islam, kesan
dalam perjalanan sejarah
yang menjadikan nama Melayu sebagai identitas
kelompok beragama Islam, berbeda dengan
kelompok yang masih lagi beragama tradisi (animisme). Maka identitas Islam itu juga bersamaan dengan
nama Melayu sebagai
ciri ke “Melayuan”.( I b i d)
Sebenarnya banyak lagi para
pakar mengatakan tentang pengertian Melayu tapi pada dasarnya mempunyai
kesamaan pengertian.
C.
Jati diri Melayu dan tantangannya di era modernisasi
Membahas jati diri Melayu berarti kita mengemukakan apa
sebenarnya ciri-ciri khas orang Melayu tersebut. Dalam tulisan ini penulis ingin
mencoba mengetengahan ciri-ciri atau anda orang meayu sesuai dengan
perkembangan sejarahnya. Sejak peng-Islamannya di abad ke-XV M, adalah
dikemukakan oleh penguasa kolonial
Belanda dan Inggris serta para sarjana asing sebagai berikut:
1.
Seseorang disebut
Melayu, apabila ia beragama
Islam, berbahasa Melayu dan beradat istiadat Melayu. Adat Melayu itu “Adat Bersendi Syara`, dan Syara` Bersendi
Kitabullah.” Dalam hukum kekeluargaan seorang Melayu menganut sistem
parental (kedudukan pihak ibu dan
pihak bapak sama).
2.
Sistem
kerajaan Melayu bersifat kerajaan Islam, menganut Mazhab Syafi’i yang mengutamakan mufakat
dalam pemerintahan sehari-hari.
3.
Raja
mempunyai “daulat” selaku penguasa
pemerintah, penguasa Islam di kerajaannya dan selaku kepala adat Melayu. Contoh
melenyapkan ketida adilan penguasa
rakyat/ masyarakat menlayu menggunakan 3 cara:
a.
Protes:
pepatah mengatakan: Raja adil, Raja
disembah, Raja zalim, Raja disanggah
b.
Meracuni
Raja (pemimpin)
c.
Pindah
tempat dengan keluarganya ke negeri lain
d.
Berpijak
kepada yang Esa
e.
Orang Melayu
mementingkan penegakan hukum (low
enforcement)
f.
Orang Melayu mengutamakan budi bahasa, sopan santun
dan tinggi peradaban.
g.
Orang
Melayu mengutamakan pendidikan dan ilmu
h.
Orang
Melayu mementingkan budaya Melayu
i.
Orang
Melayu mementingkan musyawarah dan mufakat sebagai sendi kehidupan sosial.
j.
Orang
Melayu ramah tamah dan terbuka pada tamu
k.
Orang
Melayu melawan jika terdesak.( Ibid)
D.
Eksistensi masyarakat Melayu masa kini dan masa datang
Kalau kita menelusuri sejarah kemajuan orang Melayu sejak dahulu
sampai sekarang, maka akan
kita temukan pasang
surut. Penulis disini
ingin membahas tentang
cabaran bagi masyarakat
Melayu, masa kini
dan masa mendatang. Pada era globalisasi dan era industrialisasi, orang Melayu
generasi baru harus
merubah beberapa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman
tanpa mesti merubah jati diri aslinya.
Bertekad manusia (masyarakat)
Melayu hari esok harus lebih baik
dari hari ini. Landasan pertama yang
harus masyarakat Melayu mengenal jati diri dengan baik. Memang Melayu
beragama Islam, tetapi sejauh
mana mereka menyakini, menghayati dan mengamalkannya.
Rasa rendah diri (orang lain lebih hebat dari kita) dan
ketergantungan pada orang lain masih
membelenggu kita, jika dibiarkan akan membelenggu dan jika terus
dibiarkan akan membunuh keyakinan, motivasi dan kreatifitas kita.
Jika Melayu terus bersikap negative dan pasif dia tidak
punya daya saing akhir-akhirnya
hanya sekedar penonton
tidak mampu sebagai pemain.
Sejarah perlu dikaji bukan untuk disalahkan tapi untuk mencetuskan reaksi
pemikran baru kearah yang lebih baik. Adapun konsep persaingan adalah ‘bukannya
memasuki lawan, tetapi adalah proses memperbaiki dan mengembangkan diri
sendriri”. Sebenarnya pada masyarakat
Melayu unsur positif dan progresif , tapi kurangnya motivasi tidak dapat
Melayu masa kini dan masa datang punya falsafah yang tidak ngawur, tapi
jelas identitasnya dan arahnya
dan punya adabtabilitas yang tinggi,
menjadi pemimpin teknologi atau pemikiran dan menjadikan Islam sebagai teras
berbagai aspek.
Di zaman dahulu orang Melayu adalah bangsa “penakluk” dan orang yang Berjaya
“memerintah” suku-suku lainnya
di Nusantara. Orang
yang pandai sebagai pedagang perantara,
sekaligus membawa Islam dan
budaya Melayu ke segenap pelosok
Nusantara ini kemudian punah oleh
disebabkan penjajah Barat. Kini motivasi
kita harus kerana itu dijadikan suatu perjuangan, seperti berada dimedan
perang. Kita mengharapkan
mencontoh kepada generasi-generasi awal yang mampu
berusaha secara cemerlang dan kita tidak
mengharapkan pula masyarakat Melayu
yang banyak mengagung-agungkan masa lalu, tapi nyatanya sekarang sudah mulai memudar.
Untuk menghadapi cabaran
zaman masyarakat Melayu
perlu mempersiapkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang handal walaupum agak memakan
waktu yang agak lama. Masyarakat
Melayu harus mengejar dengan strategi kompatan jauh ke depan sekaligus dalam
masa tempo singkat mendorong menarik
taraf hidup masyarakat
Melayu. Setidak-tidaknya diatas
garis kemiskinan, terutama masyarakat Melayu Indonesia.
Dari pemaran diatas
ada beberapa hal
yang ingin diharapkan antara lain:
a.
Meningkatkan
kualitas iman dan taqwa sesuai dengan jari diri Melayu bahwa kebudayaannya dan
peradabannya bersendikan Islam kita tidak hanya mengaji al-Qur’an dengan
tajuwid dan lagu saja, tapi mempelajari makna tafsir serta penjabarannya.
b.
Bahasa
Melayu yang sempurna merupakan alat komunikasi dalam peranannya mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.
Kebudayaan Melayu
yang tinggi mutunya ternyata
sangat besar peranannya dalam meningkatkan IPTEK dimasa lalu.
d.
Peningkatan
disiplin dan etos kerja yang efisien.
e.
Melalui
wadah Melayu, baik level nasional maupun ragional menyalurkan siswa,
mahasiswa yang tekun,
pandai dan tabah diberi beasiswa dengan memprioritaskan bidang teknologi
tinggi.
f.
Lembaga-lembaga Melayu
harus mempropagandakan, disingkatkan
norma adat dan pepatah yang
tak sesuai dengan kemajuan zaman modern
(sekali air bah, sekali tepian berubah)
g.
Mempererat
persatuan dan kesatuan dikalangan puak Melayu, sehingga tidak mudah diadu domba
dan dipecah belah kekuatannya.